Mengenai Saya

Foto saya
Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia
adalah Ikatan Pendidik Pendidikan Anak Usia Dini Aisyiyah. Yang merupakan persatuan dan wadah bagi para pendidik PAUD Aisyiyah se Kulon Progo.

Sabtu, 23 April 2011

Pesan-Pesan Luqman tentang pendidikan anak-anak


Definisi Luqman
Luqman adalah seorang anak laki-laki yang dikaruniai hikmah oleh Allah sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya :
وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman.” (QS.Luqman (31):12)
Hikmah yang Allah berikan kepadanya antara lain berupa ilmu, agama, benar dalam ucapan, dan kata-kata bijaknya cukup banyak lagi telah dima’tsur. Dia memeberi fatwa sebelum Dawud diutus dan sempat menjumpai masanya, lalu menimba ilmu darinya dan meniknggalkan fatwanya. Ketika ditanyakan kepadanya tentang sikapnya itu, dia menjawab : “Tidaklah lebih baik bagiku berhenti memberi fatwa bila telah ada yang menanganinya?”
Ketika ditanyakan kepadanya :”Siapakah orang yang jahat itu?” Luqman menjawab :”Orang yang tidak peduli bila orang lain melihatnya berbuat jahat.” (Tafsir Jalalain)
Mujahid mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak hitam dari Habsyah; tebal kedua bibirnya; dan lebar kedua telapak kakinya. Pada suatu hari ketika dia duduk di majelis sedang berceramah kepada orang banyak, datanglah seorang lelaki menemuinya, lalu bertanya : “Bukankah engkau tadinya seorang penggembala kambing ditempat anu dan anu?” Luqman menjawab : “Benar!” Lelaki itu bertanya : “Lalu apakah yang menghantarkanmu sampai pada kedudukan terhormat seperti yang kulihat sekarang ini?” Luqman menjawab : “Benar dalam berbicara dan diam terhadap hal-hal yang bukan menjadi urusanku.”
Khalid Ar-Rib’i mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budk Habsyi dan tukang kayu. Pada suatu hari tuannya menyuurhnya : “Sembelihlah buat kami kambing ini.” Luqman pun menyembelihnya dan tuannya berkata : “Keluarkanlah dari dalamnya dua gumpal darah yang terbaik,”laluembelihlah buat kami kambing ini.” Luqman pun menyembelihnya dan tuannya berkata : “Keluarkanlah dari dalamnya dua gumpal darah yang terbaik,”lalu Luqman mengeluarkan lidah dan jantung. Luqman tinggal beberapa lama sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, lalu Luqman tinggal beberapa lama sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, lalu tuannya berkata lag berkata lagi : “Keluarkanlah dari dalamnya dua gumpal darah yang paling kotor,” maka Luqman mengeluarkan lidah dan jantung pula, membuat tuannya bertanya : “Kuperintahkan kamu untuk mengeluarkan dua gumpal darah yang terbaik dari dalamnya, maka kamu mengeluarkan keduanya; dan kuperintahkan pula kamu untuk mengeluarkan dua guumpal darah yang terburuk dari dalamnya, tetapi ternyata kamumpal darah yang terburuk dari dalamnya, tetapi ternyata kamu mengeeluarkan keduanya pula.” Luqman pun menjawab : “Sesungguhnyaa tiada suatu bagian pun yang lebih baik daripada keduanya apabila keduanya baik da tiada suatu bagian pun yang lebih baik daripada keduanya apabila keduanya baik dan tiada yang lebih buruk daripada keduanya jika keduanya buruk.”(Ibnu Katsir)
Al-Qurthubi mengatakan bahwa menurut suatu pendapat, Luqman adalah anak laki-laki saudara perempuan Nabi Ayyub yang kawin dengan anak laki-laki adik perempuan ibunya.
Pernah ada seorang lelaki yang memandanginya, maka Luqman berkata :”Jika engkau lihat aku mempunyai sepasang bibir yang tebal lagi kasar, maka sesunguhnya diantara keduanya keluar kata-kata yang lembut; dan jika engkau melihat rupaku hitam, maka sesungguhnya kalbuku putih.”
SEKARANG KITA BERSAMA NASEHAT LUQMAN.
1.      Pesan yang pertama
Disebutkan kisahnya oleh firman Allah yang mengatakan :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya pada waktu ia member pelajaran kepadanya : “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”’ (QS. Luqman (31) : 13)
Ibnu Katsir telah mengatakan dalam kitab tafsirnya bahwa Luqman berpesan kepada putranya sebagai orang yang paling disayanginya dan paling berhak mendapatkan pemberian paling utama dari pengetahuannya. Oleh karena itulah, Luqman dalam wasiat pertamanya berpesan agar anaknya menyembah Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun seraya memperingatkan kepadanya :
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” (QS.Luqman (31) : 13)
Yakni syirik adalah dosa yang paling besar. Sehubungan dengan hal ini, bukhari telah meriwayatkan melalui ‘Abdullah bin Mas’ud yang telah menceritakan : “Ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya :
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢)
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.,” (QS.Al-an’am (6) :82)
Kami berkata :’Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak berbuat dzalim terhadap dirinya sendiri?’
Rasulullah SAW menyangkal melalui sabdanya :
لَيْسَ كَمَا تَقُولُونَ{ لَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ }بِشِرْكٍ أَوَلَمْ تَسْمَعُوا إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ لِابْنِهِ{ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }

‘Pengertiannya tidaklah seperti yang kalian katakan, bahwa mereka tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman, yang dimaksud kedzaliman ialah kemusyrikan. Tidaklah kalian pernah mendengar ucapan Luqman kepada anaknya yang disitir oleh firman-Nya : ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar?’” (QS.Luqman (31) : 13) (Bukhari, kitab Ahaditsil Anbiya 3110)
Syirik disini diungkapkan dengan perbuatan dzalim. Mereka mencampur-adukkan iman mereka dengan kedzaliman, yakni dengan kemusyrikan. Selanjutnya, Luqman mengiringinya dengan pesan lain, yaitu agar anakanya menyembah Allah semata dan berbakti kepada kedua ornag tua sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
 “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Israa’ (17) : 23)
Dan memang Allah sering menggandengkan keduanya dalam Al Qur’an.
2.      Pesan yang kedua
Disebutkan oleh firman-Nya :
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dn berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman (31) : 16)

Ibnu Katsir mengatakan bahwa seandainya amal sekecil dzarrah itu dibentengi dan ditutupi berada di dalam batu besar yang membisu atau hilang dan lenyap di kawasan langit dan di dalam bumi, maka sesungguhnya Allah pasti aka membalasnya. Demikian karena sesungguhnya Allah, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya dan tiada sebutir dzarrah pun, baik yang ada di langit maupun di bumi, terhalang dari penglihatan-Nya. Oleh sebab itulah disebutkan oleh firman-Nya :
إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS.Luqman (31) :16)
Lathiifun, Maha Halus pengetahuan-Nya, sehingga segala sesuatu tiada yang tersembunyi betapapun lembut dan halusnya. Khabiirun, Maha Mengetahui langkah-langkah semut sekecil apa pun yang ada dikegelapan malam yang sangat pekat.
Al-Qurthubi mengatakan bahwa telah diceritakan bahwa putra Luqman bertanya kepada ayahnya tentang sebutir biji yang jatuh ke dasar laut, apakah Allah mengetahuinya? Maka Luqman menjawabnya dengan mengulangi jawaban semula yag disebutkan dalam firman-Nya :
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ
“Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi….” (QS. Luqman (31) :16) hingga akhir ayat.
3.      Pesan yang ketiga
Luqman terus-menerus memberikan pengarahan kepada putaranya dalam pesan selanjutnya. Kisahnya disebutkan oleh firman-Nya :
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan ytang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman (31) : 17)
Ibnu Katsir mengatakan dalam kitab tafsirnya :”Aqimish shalaata, dirikanlah shalat, lengkap dengan batasan-batasan, fardhu-fardhu, dan waktu-waktunya. Wa’mur bil ma’ruufi wanha ‘anil mungkar, perintahkanlah perkara yang baik dan cegahlah perkara yang mungkar menurut batas kemampuan dan jerih payahmu, karena sesungguhnya untuk merealisasikan amar ma’ruf nahi mungkar, pelakunya pasti akan mendapat gangguan dari orang lain. Oleh karena itulah dalam pesan selanjutnya Luqman memerintahkan kepada putranya untuk bersabar. Allah berfirman :
وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ  إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman (31) : 17)
Yakni bersikap sabar dalam menghadapi gangguan manusia termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.
Menurut pendapat lain, Luqman memerintahkan kepada putranya untuk bersabar dalam menghadapi berbagai macam kesulitan hidup di dunia, seperti berbagai macam penyakit dan sebagainya, dan tidak sampai ketidaksabarannya menghadapi hal tersebut akan menjerumuskannya ke dalam perbuatan durhaka terhadap Allah. Pendapat ini cukup baik karena pengertiannya bersifat menyeluruh. Demikian menurut Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Menurut makna lahiriahnya, hanya Allah yang lebih mengetahui, bahwa firman-Nya :
إِنَّ ذَلِكَ
“Sesungguhnya yang demikian itu” (QS. Luqman (31) : 17)
Isyarat yang terkandung di dalamnya menunjukkan kepada sikap mengerjakan shalat, menunaikan amar ma’ruf nahi mungkar, serta bersabar menghadapi gangguan dan musibah, semuanya termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.
4.      Pesan yang keempat
Disebutkan oleh Allah melalui firman-Nya :
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan kamu janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman (31) :18)
Ash-Sha’r artinya berpaling. Makna asalnya adalah suatu penyakit yang menyerang tengkuk unta atau bagian kepalanya sehingga persendiaan lehernya terlepas dari kepalanya, kemudian diserupakan dengannya seorang lelaki yang bersikap sombong.
Ibnu Katsir mengatakan : “Janganlah engkau bersikap sombong dengan meremehkan hamba-hamba Allah dan memalingkan mukamu dari mereka bila mereka berbicara denganmu.” Dalam sebuah Hadits disebutkan :
وفي الحديث: (كل صعار ملعون) أي كل ذي أبهة وكبر.
“Setiap orang yang sombong itu terkutuk.” (tafsir Qurthubi 14/70)
Ash-Sha’aar, orang yang sombong, karena dia hanya memperlihatkan pipinya dan memalingkan wajahnya dari orang lain. (An-Nihayah, Ibnu(An-Nihayah, Ibnul Atsir, bab Sha’ara)
Makna ayat menurut Al-Qurthubi ialah “Janganlah kamu palingkan mukamu dari orang-orang karena sombong terhadap mereka, merasa besar diri, dan meremehkan mereka”. Demikianlah menurrut takwil Ibnu ‘Abbas dan sejumalah ulama lainnya. Makna yang dimaksud ialah hadapkanlah wajahmu ke arah mereeka dengan penampilan yang simpatik dan menawan. Apabila orang yang paling muda diantara mereka berbicara denganmu, dengarkanlah ucapannya sampai dia menghentikan pembicaraannya. Demikianlah yang dilakukan oleh Nabi SAW.
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.” (QS. Luqman (31) : 18)
Al-Qurthubi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan marahan ialah cara jalan dengan langkah yang angkuh dan sombong tanpa ada kesibukan atau keperluan. Orang yang berpekerti seperti ini terbiasa dengan sikap sombong dan besar diri. Al-Marah artinya orang yang angkuh cara jalannyaa. Al-Fakhuur, orang yang menghitung-hitung nikmat yang telah dianugerahkan kepada dirinya, sedang dia tidak pernah bersyukur kepada Allah. Demikian menurut Mujahid.
5.      Pesan yang kelima
Disebutkan oleh firman-Nya :
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman (31) : 19)
Al-Qurthui mengatakan bahwa setelah Luqman memperingatkan anaknya agar waspada terhadap akhlak yang tercela, dia lalu menggambarkan kepadanya akhlak mulia yang harus dikenakannya. Untuk itu, ia mengatakan :
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ
“Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan.” (QS. Luqman (31) :19)
Yakni bersikap pertengahanlah kamu dalam berjalan. Al-Qashdu adalah cara jalan yang pertengahan, antara langkah cepat dan langkah lambat. Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah SAW telah bersabda :
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (سرعة المشي تذهب بهاء المؤمن).
“Cara jalan yang cepat akan menghilangkan keanggunan orang mukmin.”
Adapun mengenai apa yang diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa adalah Nabi SAW bila berjalan, melakukannya dengan langkah cepat dan ucapan ‘Aisyah sehubungan dengan Umar yang menyebutkan bahwa Umar adalah orang yang cepat jalannya, maka sesungguhnya yang dimaksudkan dengan hal tersebut tiada lain hanyalah langkah cepat di atas langkah yang lambat, tetapi tidak terlalu cepat. Hanya Allah yang lebih mengetahui makna yang dimaksud. Akan tetapi, Allah sendiri memuji orang yang bersifat demikian sebagaimana yang telah disebutkan keterangannya dalam surat Al-Furqan.
Menurut hemat saya, makna yang dimaksud adalah seperti pengertian yang disebutkan dalam firman-Nya :
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا
“Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati.” (QS. Al-Furqan (25) : 63)
Demikian juga firman Allah :
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ
“Dan lunakkanlah suaramu.” (QS.Luqman (31) : 19)
Al-Qurthubi mengatakan : “Kurangilah suaramu dari suara yang keras.” Dengan kata lain, janganlah kamu memaksakan dirimu mengeluarkan suara yang sangat keras, tetapi dalam radalah tindakan yang dipaksakan dan dapat mengganggu. Makna yang dimaksud dari keseluruhannya adalah bersikap tawadhu’ atau rendah diri. Sesungguhnya Umar pernah mengatakan sehubungan dengan seorang juru adzan yang memaksakan dirinya mengeluarkan suara sangat keras lebih dari kemampuannya : “Sesungguhnya aku khawatir bila urat kandung kemihmu terputus.” Juru adzan yang dimaksud adalah Abu Madzurah alias Samurah bin Mi’yar.
Allah berfirman :
إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
“Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman (31) : 19)
Al-Qurthubi mengatakan bahwa suara yang paling buruk dan paling tidak enak didengar ialah suara keledai. Selanjutnya, Al-Qurthubi mengatakan bahwa sebutan keledai adalah ungkapan perumpamaan yang menunjukkan makna celaan menganggap buruk menyebut kata keledai secara terang-terangan. Oleh karena itu, mereka menyebutnya dengan kata-kata sindiran. Untuk itu, mereka mengatakan ; “Orang yang panjang telinganya” (seperti keledai) sebagaimana diungkapkan pula dengan kata sindiran hal-hal lainnya yang menjijikkan.
Sesungguhnya termasuk diantara etika yang buruk ialah bila menyebutkan kata keledai di dalam majelis kaum yang mempunyai harga diri lagi terhormat. Bahkan diantara orang-orang Arab ada yang sama sekali tidak mau mengendarai keledai meskipun jalan kaki telah memayahkan dirinya. Berbeda halnay dengan Nabi SAW, maka beliau menegndarainya hanya semata-mata sebagai ungkapan sifat rendah dirinya karena Allah.
Pada garis besarnya ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan buruknya meninggikan suara dalam berkhutbah dan berbicara, sama buruknya dengan suara keledai karena suara keledai sangat tinggi.
Dalam Hadits shahih disebutkan dari Nabi SAW yang telah bersabda :
وإذا سمعتم نهيق الحمير فإنها رأت شيطانا فاستعيذوا بالله من الشيطان
“Apabila kamu mendengar suara lengkingan keledai, mohonlah perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, karena sesungguhnya keledai melihat setan.”
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa tidaklah sekali-kali keledai memekik dan tidaklah sekali-kali anjing menggonggong, melainkan karena melihat setan. Sufyan Ats-Tsauri mengatakan bahwa suara segala sesuatu adalah tasbih, kecuali suara lengkingan keledai.
Ibnu Katsir mengatakan bahwa penyerupaan meninggikan suara dengan suara keledai menunjukkan bahwa keledai itu haram dan celaannya merupakan celaan yang paling berat, karena Rasulullah SAW pernah bersabda :
"ليس لنا مثل السوء"
“Kita tidak punya perumpamaan keburukan.” (Bukhari, Kitabul Hibah 2429, Tirmidzi Kitabul Buyu’ 1219, Nasa’I, Kitabul Hibah 3638 dan Ahmad, Musnad Bani Hasyim 1776)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IPPAUDA